Jenis Pusaka yang Ada di Kota Surabaya
1.
Pusaka
Budaya Ragawi (Tangible Cultural Haritage)
Secara
garis besar pusaka budaya ragawi dapat dibedakan menjadi dua yaitu pusaka
budaya ragawi bergerak dan pusaka budaya ragawi tak bergerak.
i) Pusaka
Budaya Ragawi Bergerak
Pusaka budaya ragawi yang dengan mudah dipindahtempatkan, namun masih memiliki makna. Hal ini meliputi arca, keramik, perabot rumah tangga, tekstil, kereta, foto dan masih banyak lagi.
Arca Joko Dholog |
A
Arca Budha Mahasobya adalah nama lain dari arca perwujudan Raja Kertanegara ini. Di balik kesederhanaan yang melingkupi situs arca Joko Dolog ini, ternyata kisah dibaliknya menyimpan sejarah mengenai kebesaran dan wibawa nusantara kita yang terwujud dari sosok Raja Kertanegara, raja dari Kerajaan Singosari Jawa Timur. Selain arca utama di belakang kompleks, di jalan masuk menuju Arca Joko Dolog terdapat juga arca-arca yang lebih kecil, serta sebuah tempayan air sebagai tempat menaruh air suci di sebelah kiri gapura situs ini. Menurut keterangan Bupati Surabaya, Regent, arca Joko Dolog ini memang awalnya tidak berada di Taman Apsari ini, melainkan berasal dari kandang gajah. Pada tahun 1827 Residen de Salls dari pemerintah Hindia Belanda memindahkan patung tersebut ke Surabaya dan ditempatkan di Taman Apsari. Ada juga yang menyebutkan bahwa arca yang dibuat pada 1211 Saka atau 1289 M ini awalnya bukan berasal dari Kandang Gajah, melainkan berasal dari Candi Jawi, Malang. Pemindahan ke Kandang Gajah konon dilakukan oleh salah seorang raja Majapahit. Di sekeliling alas duduk Arca Joko Dolog, terdapat tulisan berbahasa Sansekerta yang dikenal sebagai prasasti Wurare. Disebut demikian karena tulisan yang berupa sajak dan memakai huruf Jawa kuno itu menyebutkan sebuah tempat yang bernama Wurare. Wurare atau Lemah Tulis, merupakan rumah Mpu Bharadah. (Sumber: http://penanusantara.wordpress.com/2012/03/26/arca-joko-dolog-simbol-kebesaran-prabu-kertanegara-di-pusat-kota-surabaya/) | |
ii) Pusaka
Budaya Ragawi Tak Bergerak
Pusaka budaya
ragawi yang tidak bisa dipindah tempatkan dan memiliki kesatuan dengan lokasi
keberadaannya. Menurut konvensi UNESCO tentang perlindungan terhadap Warisan
Budaya dan Alam Dunia 1972, warisan budaya tak bergerak meliputi:
· Monumen, meliputi karya
arsitektur, karya patung dan lukisan yang monumental, elemen atau struktur
arsitektur, inskripsi dan lukisan di dinding gua.
· Kumpulan bangunan yang saling
terhubung atau terpisah
· Situs, meliputi karya manusia
atau campuran antara karya manusia dengan alam secara situs-situs arkeologis.
Dalam tulisan ini saya mencoba memberikan beberapa contoh dari pusaka budaya ragawi tak bergerak.
Klenteng
Boen Bio
Klenteng Boen Bio adalah benteng terakhir pertahanan agama Khong Hu Chu di
Surabaya. Awalnya klenteng ini bernama Boen Thjiang Soe, berdiri pada tahun
1883, terletak di jalan Kapasan 131, Surabaya.[1]
Kuil yang megah untuk ukuran kala itu sangat sayang
bila tempatnya di dalam kampung.[1] Tahun 1903 Kang You Wei, seorang reformis Tiongkok,
berkunjung di kuil ini dan mengusulkan untuk memindahkannya di pinggir jalan.
Setelah mendapat sumbangan tanah seluas sekitar 500 m2 dari Mayor The Toan Ing
maka pengurus lalu memulai pembangunan dan relokasi. Biayanya ditutup dari
derma serta sumbangan uang hasil denda yang diperoleh para saudagar Tionghoa
yang memenangkan perkara dari HVA (Handels Vereeniging Amsterdam) di
pengadilan. Pemugaran kembali akhirnya selesai tahun 1906 dan menjadi Boen Bio.
Nama para dermawan tertulis dalam prasasti yang menempel di bangunan Boen Bio.
Boen (bahasa Fujian), Wen (bahasa Mandarin) atau Van (bahasa Vietnam) berarti
Sastra/budaya. Dan Bio (bahasa Fujian), Miao (bahasa Mandarin) dan Mieu (bahasa
Vietnam) adalah kuil/klenteng. Jadi Boen Bio / Wen Miao / Van Mieu adalah Kuil
Kesusastraaan.
sumber: www.wikipedia.com
Masjid Ampel
Masjid Ampel adalah sebuah masjid kuno yang terletak di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir, kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid seluas 120 x 180 meter
persegi ini didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel, yang didekatnya terdapat
kompleks pemakakaman Sunan Ampel.
Sumer: www.wikipedia.com GEREJA KEPANJEN (GEREJA KATOLIK KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar