Surabaya
1275-1625
Menurut
hipotesis Von Faber[1],
Kota Surabaya didirikan pada tahun 1275 oleh Kertanegara sebagai temapt
pemukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan
Kemuruhan di tahun 1270. Pada tanggal 31
mei 1293 pasukan Majapahit yang dipimpin Raden
Wijaya memukul
mundur pasukan kerajaan Mongol utusan Kubilai
Khan. Pasukan
Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai ikan SURO (ikan hiu/berani)
dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BOYO
(buaya/bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang
mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.[2] Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat
di daerah Surabaya. Salah satu anggota Wali Songo, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di daerah Ampel.
Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Demak.[3] Pada
tahun 1625 kota Surabaya, dihancurkan oleh Mataram sebagai akibat pertentangann
klasik antara daerah Pesisir dan Pedalaman.[4]
Peta perkiraan letak Keraton Surabaya sebelum pendudukan VOC (Belanda) |
Surabaya 1625-1743
Keadaan
kota yang sudah luluh lantah dan juga pusat pemerintahan berupa keraton ,
mengakibatkan VOC datang pada tahun 1719. Disaat itulan VOC mulai membangun
loji dan benteng yang terletak di sebelah utara kota Surabaya lama ( kurang
lebih didaerah kompleks kantor Gubernur Jatin di jalan Pahlawan). Sepanjang
tahun ini bisa dikatakan jika surabaya tidak ada perkembangan yang berarti dikarena
peperangan melawan Trunojoyo dan Untung Suropati.
Peta Surabaya 1677 |
Surabaya
1743-1808
Diawal
periode ini, Kota Surabaya jatuh ke tangann VOC. Karena letaknya yang
strategis, Surabaya dijadikan tempat bagi penguasa bagian timur (Gezaghebber in
den Oosthoek). Perkembangan
pemukiman berada di daerah kompleks kantor gubernur Jatim, jalan Pahlawan.
Kelaurga tentara berada di Selatan Benteng Retrachement terus berkembang ke
arah utara yang pusatnya di depan Jembatan merah, yang kemudian dibangun pula
kantor Residen Surabaya (yang akhirnya dibongkar sekitar tahun 1930an). Disamping
itu Jembatan Merah akhirnya berkembang menajadi sentra perdagangan karena
letaknya dipinggir Kali mas yang strategis.[5]
Surabaya
1808-1870
Akhir
abad 18 , VOC mengalami kebangkrutan, kemudian semua asetnya diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda. Ditahun 1808 Surabaya langusng berada dibawah
pemerintah Belanda yang dikepalai oleh Gubernur Jendral Herman Willem Daendels.
Daendels
membangun Kota Surabaya sebagai kota dagang dan sekaligus kota benteng.
Surabaya dihugungkan dengan Jalan Pos (Grote
Postweg) yang menghubungkan antara Anyer-Panarukan. Sebagai
kota benteng, beliau melengkapi Surabaya dengan pabrik senjata (altellerie
constructie winkel) serta benteng Lodewijk
serta dibangun asrama militer dan juga rumah sakit militer.
Tembok
pertahanannya meliputi daerah seluas kurang lebih 300ha dari kota Surabaya.
Disebalah barat Jembatan Merah terletak pemukiman orang-orang Belanda, terdiri
dari kantor Karasidenan, kantor pos, rumah toko, barak militer, bengkel,
gereja, dan rumah yatim piatu. Disebalah
timurnya, yang dihubungkan oleh Jembatan Merah, terdapat pemukiman seperti Chinese Kamp,Arabische Kamp dan Malaise kamp. Daerah
selatan kota merupakan daerah pertahanan dan perbentengan tanpa ciri kota,
sampai benteng itu mulai digusur pada tanggal 19 April 1871.
Jembatan Merah tahun 1900an |
Surabaya
1870-1940
Sampai tahun 1905 seluruh pusat kota Surabaya masih tetap berlokasi
didaerah sekitar Jembatan Merah. Sedangkan hingga tahun yang sama perumahan
terus berkembang sampai daerah Kayoon dan kawasan ini merupakan daerah paling selatan dari kota Surabaya. Diera
tahun ini merupakan titik awal perkembagan kota-kota besar di Jawa, khususnya
di Surabaya. Hal ini mendorong kejadian sebagai berikut:
- Adanya undang-undang gula (Suikerwet) dan Undang-undang Agraria pada tahun 1870
- Keputusan untuk membongkar benteng yang mengelilingi Surabaya pada tanggal 19 april 1871 yang memeberi peluang bagi perluasan kota Surabaya ke arah selatan.
Kawasan Jl. Darmo dari masa ke masa |
Periodeissasi menurut Hadinoto |
[1] Handinoto. Ir, perkermbangan
kota dan ardsitektur kolonial belanda di
surabaya1870-1940,Andi,Yogyakarta,1996, hal.31
[2] Sumber wikipedia.com
[3]ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar